Benarkah Ini Contoh Pantun yang Benar? Analisis Kesalahan Pantun Versi Brilio.net



Pantunmun.blogspot.com - Biasanya pantunmun tidak pernah membahas pantun karya orang lain. Hanya menampilkan pantun dan syair dan pidato karya sendiri. Jika pun ada karya orang lain adalah saduran.

Namun, dalam kesempatan ini pantunmun akan membahas tentang postingan akun lain, yaitu Brilio.net postingannya yang berjudul "Kamu akan senyum-senyum sendiri ketika membaca 15 pantun ini".

Padahal dari kelima belas contoh pantun yang diunggah oleh brilio.net itu tidak semuanya merupakan pantun. Ada yang merupakan syair, ada yang karmina, ada juga yang gurindam.

Berikut ini ada adalah contoh pantun versi brilio.net berserta dengan analisis benarkah ini pantun atau bukan versi pantunmun.blogspot.com



Pantun Pertama:

Ikan hiu makan tomat,
I love you so much

Jika yang dibahas adalah bunyi akhir, rangkaian kata di atas masih bisa ditoleransi. Meskipun huruf akhirnya tidak sama. Yang jelas tulisan di atas bukan pantun. Melainkan sebuah gurindam. Karena hanya terdiri dari dua baris dalam satu bait, baris pertama sampiran baris kedua isi.

Pantun Kedua:

Empat kali empat
Sama dengan enam belas
Cepat atau lambat
Cintaku pasti kau balas

Pantun kedua ini, dari segi rima dan jumlah baris, sudah termasuk pantun. Baris pertama dan kedua sampiran. Baris ketiga dan keempat merupakan isi. Ini sudah masuk dalam kategori pantun. Akan tetapi, kaidah pantun yang tepat adalah, masing-masing baris terdiri dari minimal 8 dan maksimal 12 suku kata.

Kita lihat pantun di atas,

em-pat ka-li em-pat (6 suku kata)
sa-ma de-ngan e-nam be-las (8 suku kata)
ce-pat a-tau lam-bat (6 suku kata)
cin-ta-ku pas-ti kau ba-las (8 suku kata)

Seandainya semua baris terdiri dari 8 suku kata, bisa dikatakan pantun yang benar.

Pantun Ketiga:

Ada burung dalam sangkar
Burung lepas susah nangkapnya
Buat apa kita bertengkar
Bertengkar tak ada untungnya

Dari semua ciri-ciri pantun. Pantun diatas memenuhi keseluruhan syaratnya. Jumlah baris, jumlah suku kata, rima akhirnya yang a-b-a-b dan sampiran isinya sudah sesuai. Ini benar pantun.

Pantun Keempat:

Habis minum kopi
Lalu minum jamu
Dunia ini terasa sepi
Kalo gaada kamu

Ditinjau dari segi syarat-syarat pantun. Pantun di atas kurang tepat disebut pantun karena jumlah suku kata ada yang kurang. Sementara syarat yang lain sudah memenuhi. Jadi, contoh yang keempat ini adalah pantun namun kurang tepat jumlah suku katanya.

Pantun Kelima:

Makan ketan
Buru buru
Lupakan mantan
Cari yang baru

Kalau ditulis menjadi empat baris seperti di atas, seolah-oleh itu pantun. Padahal bukan. Seharusnya tulisan di atas hanya terdiri dari dua baris, yaitu:

Makan ketan buru-buru
Lupakan mantan cari yang baru

Jika penulisannya dua baris seperti itu, itu merupakan bentuk karya sastra puisi lama jenis Karmina. Karmina adalah pantun seuntai, yaitu pantun singkat yang terdiri dari dua baris. Baris pertama sampiran baris kedua isi. Dengan sajak a-a. Persis di atas itu.

Pantun Keenam:

Jalan jalan
ketika malam
yang ada hanyalah
sepi,
Selamat pagi
kekasihku sayang, selamat
sejahtera
Tambatan hati

Nah lho bingung kan bacanya. Tulisan di atas sebenarnya mirip pantun. Akan tetapi karena penulisan barisnya kacau pembacaannya juga kacau. Rimanya jadi tidak  terlihat. Bisa diperbaiki menjadi:

Jalan jalan ketika malam
yang ada hanyalah sepi
Selamat pagi kekasihku sayang
Selamat sejahtera tambatan hati

Dengan begini akan terlihat seperti pantun. Akan tetapi ada sedikit kesalahan. Yaitu bunyi akhir (rima) baris pertama, harusnya sama-sama diakhiri bunyi -ng-. Mungkin bisa diperbaiki:

Jalan-jalan malam menjelang
yang ada hanyalah sepi
Selamat pagi kekasihku sayang
Selamat sejahtera tambatan hati

Pantun Ketujuh:

Ada yang jual jamu
Tapinya gak laku-laku
Aku lagi kangen kamu
Pria pencuri hatiku

Kesalahan contoh di atas disebut sebagai pantun ada dua hal. Pertama, baris pertama suku katanya hanya tujuh. Kurang satu untuk syarat minimal suku kata pantun. Kedua, karena rimanya a-a-a-a. Sama-sama diakhiri dengan bunyi /u/. Seharusnya bersajak (berima) a-b-a-b.

Pantun Kedelapan:

Barang siapa terkena kudis
Obati saja dengan lada
Siang malam merayu gadis
Duduk bersanding bersama janda

Contoh pantun ini benar disebut pantun. Semua syaratnya terpenuhi.

Pantun Kesembilan:

Meski buah jambu
Tapi ini bisa diramu
Meski jarang bertemu
Cinta ini hanya untukmu

Kesalahan contoh kesembilan disebut pantun, sama persis dengan contoh pantun ketujuh. Jumlah suku kata dan rimanya yang salah. Rima a-a-a-a hanya untuk syair.

Pantun Kesepuluh:

Makan nasi anget
Lalu berangkat kurus
Tadi kangen banget
Jadi melamun terus

Dilihat dari segi rima dan sampiran-isi, sudah tepat untuk disebut pantun. Namun dari segi jumlah suku kata masih kurang tepat. Ditambah lagi, sampiran kedua (baris kedua) sama sekali tidak tepat. Logika penyusunan kalimatnya rancu. Jadi berangkat kurus. Apa maksudnya. Tapi minimal bunyi akhirnya sama.

Pantun Kesebelas:
  
Orang bijak santun bicaranya
Orang baik sopan perilakunya
Orang pinter tepat berfikirnya
Orang stres update status melulu kerjanya

Jelas. Contoh di atas bukan pantun. Semuanya adalah isi. Rimanya a-a-a-a. Ini mirip syair. Tapi untuk disebut syair, tidak tepat juga. Karena ada baris yang masih lebih dari 12 suku kata.

Pantun Keduabelas:

Buah belimbing dimakan kalong
Lo persis kambing kalo lagi monyong

Seperti contoh yang sudah-sudah. Ini bukan contoh pantun yang benar. Ini adalah gurindam. Karena hanya terdiri dari dua baris dengan rima akhir yang sama, baris pertama sampiran. Baris kedua isi.

Pantun Ketigabelas:

Buah duku buang kedondong
Lestarikan pantun dong

Ini sama dengan contoh gurindam di atasnya. Bukan pantun. Yuk mari lestarikan pantun. Tapi sekalian pantun yang tepat ya. Bukan pantun yang asal-asalan.

Pantun Keempatbelas:

Jiwa santun jiwanya sehat
ini pantun kilat nasehat

Isi nampan banyak arangnya
Sudah tampan rajin orangnya

Burung gelatik di kepala
Sudah cantik rajin pula

Kembali, ini bukanlah contoh pantun. Ini adalah gurindam yang terdiri dari tiga bait. Masing-masing bait di atas sudah memenuhi syarat-syarat disebut sebagai gurindam.

Pantun Kelimabelas:

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Gimana mau ke penghulu
Kalau sampai sekarang masih temenan

Pantun yang terakhir ini sudah tepat disebut pantun. Semua ciri dan syarat pantun terpenuhi. Terlebih pemakaian sampiran klasik di atas. Sudah sangat terkenal sebagai pantun.

Salam pantunmun, mari berpantun dengan benar dan tepat.

Posting Komentar

0 Komentar